Oleh: museumku | 19 April 2016

Pemerintah Ambil Langkah-langkah Penyelamatan

Radyapustaka-1Museum Radya Pustaka, Surakarta

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil langkah-langkah penyelamatan terhadap Museum Radya Pustaka di Solo, Jawa Tengah, yang beberapa hari lalu tutup karena mengalami masalah pendanaan. Penyelamatan tidak hanya dilakukan dengan memberikan dana, tetapi juga dengan membenahi manajemen museum.

Museum Radya Pustaka sempat ditutup pada Rabu (13/4) hingga Jumat (15/4). Penutupan terpaksa dilakukan karena dana hibah dari APBD Pemerintah Kota Solo terlambat dicairkan, yang berimplikasi pada keterlambatan pembayaran gaji pegawai dan pembiayaan operasional museum.

”Yang akan dilakukan Direktorat Jenderal Kebudayaan tidak sekadar menyerahkan uang, tetapi bagaimana revitalisasi Museum Radya Pustaka berlangsung maksimal,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, Senin, di Jakarta.

Dalam seminggu mendatang, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman akan memeriksa sistem pengelolaan Museum Radya Pustaka. Pembenahan difokuskan pada sisi manajemen.


Kurang relevan

Menurut Hilmar Farid, persoalan mendasar yang dialami Museum Radya Pustaka dan museum-museum lain di Indonesia adalah bagaimana museum menempatkan diri secara relevan di tengah zaman yang berubah. Artinya, museum tidak bisa lagi bersikukuh mempertahankan pola pengelolaan lama seperti pada puluhan tahun lalu, tetapi harus lebih kreatif mengomunikasikan koleksinya kepada publik.

Radyapustaka-2.jpgProf. Agus Aris Munandar dari Departemen Arkeologi FIB UI sedang mengamati prasasti (Foto-foto: Koleksi Djulianto Susantio)

”Banyak museum tidak punya kurator dan direktur program sehingga semakin lama tidak relevan, tidak pernah dikunjungi, tidak pernah diketahui apa saja koleksinya,” ujar Hilmar Farid.

Menurut dia, pada masa mendatang, museum-museum akan didorong untuk melakukan digitalisasi sehingga kekayaan koleksinya mudah diakses lewat internet, gawai, dan teknologi digital lainnya.

”Jangan sampai kita sibuk memelihara yang fisik, tetapi lupa mengomunikasikan koleksi-koleksi kepada masyarakat secara relevan,” ucap Hilmar Farid.


Museum tua

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harry Widianto mengatakan, Museum Radya Pustaka sebagai museum tua buatan 1890 jangan sampai terbengkalai akibat masalah pendanaan. Oleh karena itu, pemerintah pusat akan turun tangan mengatasi persoalan anggaran, sekaligus memberikan bantuan pembenahan manajemen internal Museum Radya Pustaka.

”Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan anggaran revitalisasi museum kepada Museum Radya Pustaka sebesar Rp 3 miliar melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo,” tutur Harry.

”Sekarang, kami melakukannya sendiri secara langsung. Harapannya, persoalan-persoalan mendasar bisa ditemukan dan menentukan bagaimana museum dikembangkan,” lanjutnya.

Secara terpisah, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, Pemerintah Kota Solo merencanakan untuk membentuk unit pelaksana teknis dinas (UPTD) yang mengelola Museum Radya Pustaka. ”Kalau mau (masalah pendanaan) selesai, dibuat UPTD,” ujarnya.

Pencairan hibah 2016 sebesar Rp 300 juta sebelumnya sempat tertunda karena terbentur UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur penerima dana hibah pemerintah harus berbadan hukum, sedangkan Museum Radya Pustaka dikelola oleh komite.

Setelah tutup pada Rabu hingga Jumat pekan lalu, Museum Radya Pustaka dibuka kembali pada Sabtu pekan lalu. Sejumlah besar pelajar langsung membanjiri museum tersebut.(ABK/RWN)


(Sumber: Kompas, Selasa, 19 April 2016)


Tinggalkan komentar

Kategori