Oleh: museumku | 1 Januari 2012

Museum Sumpah Pemuda

Warta Kota, Sabtu, 31 Desember 2011 – Sekitar 1900-an berbagai lembaga pendidikan didirikan di Batavia. Karena banyaknya pelajar yang datang dari luar kota, tentu saja dibutuhkan pemondokan yang memadai. Salah satu tempat pemondokan yang dipandang strategis terletak di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat. Dulu, berbagai debat politik dan permainan biliar, juga sering berlangsung di sini.

Yang pertama-tama mondok adalah para anggota Jong Java. Semula gedung pemondokan terletak di Jalan Kwitang No. 3. Perpindahan terjadi karena gedung di Kwitang terlalu sempit untuk menampung aktivitas berdiskusi dan berlatih kesenian. Gedung di Kramat ini adalah milik Sie Kong Liong. Karena penghuninya kebanyakan orang Jawa, maka gedung ini dinamakan juga Langen Siswo. Ketika itu, para pelajar dikenakan 7,5 gulden setiap bulan.

Pada 1926 penghuni gedung mulai beragam. Selain pelajar Jawa, ada pelajar dan mahasiswa dari berbagai etnis dan perguruan tinggi. Sebut saja Amir Sjarifuddin, Moh. Yamin, Assaat dt Moeda, A.K. Gani, dan Aboe Hanifah. Hampir semua penghuni Gedung Kramat, pernah menduduki jabatan penting dalam pemerintahan setelah kemerdekaan.

Masih di tahun itu, para mahasiswa yang tinggal di pondokan, mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Berbagai diskusi penting pernah dilakukan di sini, antara lain tentang bentuk negara yang ideal bagi Indonesia merdeka. Soekarno, yang kelak menjadi presiden pertama RI, sering hadir dalam diskusi.

Pada 1928 Gedung Kramat 106 disebut Indonesische Clubgebouw atau Indonesische Clubhuis (IC). Tidak berapa lama, di gedung ini diselenggarakan Kongres Pemuda Kedua yang melahirkan Sumpah Pemuda. Setelah beberapa kali berpindah tangan, antara lain menjadi toko bunga, hotel, dan perkantoran, pada 1972 Gubernur DKI Jakarta menetapkan gedung ini sebagai cagar budaya. Sebagai tindak lanjut, dilakukan pemugaran dan selesai pada 1973. Pada 1983 Gedung Sumpah Pemuda dijadikan Museum Sumpah Pemuda.

Sesuai namanya, koleksi museum terdiri atas benda-benda yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda, berupa foto, biola W.R. Supratman, patung tokoh, lukisan, dan benda-benda bersejarah lain. Koleksi-koleksi ini ditata mengikuti kronologis peristiwa Sumpah Pemuda, yakni Ruang Pengenalan, Ruang Pertumbuhan Organisasi Kepemudaan, Ruang Kongres Pemuda I, Ruang Kongres Pemuda II, Ruang Indonesia Muda, Ruang PPPI, dan Ruang Tematik. (Djulianto Susantio, pemerhati sejarah dan budaya)


Tinggalkan komentar

Kategori