Oleh: museumku | 30 Desember 2010

Museum Gletser Norwegia

Harta karun bangsa Norwegia: Museum Gletser Norwegia dirancang dan didirikan sebagai prasarana untuk memfasilitasi pengumpulan informasi atau pengetahuan empiris seputar fenomena gletser dan cuaca. (HETTY/ FLICKR PHOTO)

Epochtimes.co.id, Senin, 29 November 2010 – Dibangun di atas lahan datar gletser yang berasal dari air gunung yang kemungkinan diakibatkan adanya pergeseran Jostedalsbreen, gletser terbesar di Eropa, museum gletser berdiri secara harmonis namun tak terduga berada di bagian barat depan Fjaerland Fjord (sebuah taman nasional Norwegia).

Museum Gletser ini merupakan sebuah karya agung arsitektural nan indah dan megah, seindah lokasi tempat bangunan tersebut berada. Museum gletser Norwegia dibuka pada 1991, akan tetapi struktur, kerangka dan gaya arsitektur bangunannya telah mengalami perubahan dan perluasan pada 2007.

Sang arsitek, Sverre Fehn, mendirikan dan merancang museum unik ini sebagai prasarana untuk memfasilitasi pengumpulan informasi atau pengetahuan empiris seputar fenomena gletser dan cuaca yang selanjutnya dilakukan analisa dan disebarkan kepada masyarakat luas. Obyek-obyek yang terpajang di museum ini menjelaskan kepada pengunjung bagaimana proses pembentukan gletser dan mengapa keberadaannya saat ini menjadi langka seiring peningkatan pemanasan global.

Sverre menentukan dan mengatur sendiri komposisi dan material bangunan untuk ruang pamer, aula pertunjukan, toko buku, dan tempat makan. Pada 1997, Sverre dianugerahi penghargaan internasional “Pritzker” atas karya arstitekturnya, dan museum gletser tercatat sebagai salah satu hasil karyanya yang sangat luar biasa.

Mies van der Rohe, Le Corbusier, dua jenis teknik rancang bangun tradisional yang berasal dari Maroko, serta teknik arsitektur Jepang yang sarat dengan unsur estetika sangat mempengaruhi Sverre dalam pekerjaannya. Ia telah berhasil mengombinasikan ketiga unsur tersebut menjadi sebuah kumpulan bahasa arsitektur asli melengkapi konsep arsitektur budaya rumah kayu yang tak lain adalah rumah warisan dari generasi terdahulu.

Jendela kaca yang terpasang menyatu dengan dinding tidak hanya menambah intensitas cahaya akan tetapi juga memberikan efek pandangan yang identik dengan lembaran es transparan dan kristal-kristal bercahaya yang menjadi bagian integral dari Jostedalsbree. (TRONDELARIUS/FLICKR PHOTO)

Arsitektur ini menghasilkan sebuah efek dramatis yang terlihat secara alami dari sudut-sudut lokasi bangunan apabila tersorot pantulan sinar lampu Nordic yang sangat terkenal. Inilah yang menjadi kunci utama dan keunggulan dari bangunan ini. Bagi Sverre, bangunan adalah yang utama dan harus mampu menciptakan kesan luas dari keberadaannya di antara bentang alam yang luas, senantiasa mempertahankan keselarasan, namun tidak mengesankan persaingan dengan alam. Dengan adanya museum gletser dapat dikatakan keberhasilan Sverre sungguh merupakan sukses.

Pintu masuk utama ke museum bermula dari sebuah lorong koridor yang diapit oleh tangga kembar yang membawa pengunjung menuju ke atas bangunan tepatnya bagian atap bangunan yang juga berfungsi sebagai area santai untuk melihat pemandangan. Sedangkan materi pembentuk dinding terbuat dari beton, kayu telah dimanfaatkan secara konsisten di sisi lain bangunan ini.

Balok/ tiang pancang, langit-langit, pintu, jendela dan rincian interior yang digunakan menunjang letak dan tempat dan menimbulkan kesan tersendiri bagi Fehn dan para pengunjung serasa berada di hutan Norwegia. Jendela dan kaca yang terpasang menyatu dengan dinding tidak hanya membawa masuk dan menambah intensitas cahaya akan tetapi juga memberikan efek pandangan yang identik dengan lembaran es transparan dan kristal-kristal bercahaya yang menjadi bagian integral dari Jostedalsbreen.

Sverre telah mempertimbangkan material-material pembentuk bangunan untuk menghasilkan sebuah gambaran lain mengenai pemandangan batu-batu gletser. Namun struktur jendela-jendelanya yang panjang dengan titik-titik yang jelas membentuk rambatan gletser di sepanjang rerumputan hijau tidak bisa dikatakan sebuah gambaran sederhana.

PESONA KETAKJUBAN: Seiring malam tiba, sorotan sinar lampu Nordic yang dipantulkan oleh jendela kaca dari bangunan ini mampu menciptakan efek dramatis dan pemandangan yang menakjubkan. (TRONDELARIUS/FLICKR PHOTO)

Struktur jendela-jendela kaca yang saling bertumpukan dan berkelok membiarkan cahaya luar menerobos masuk melalui celah dinding beton granit es memberikan kesan seolah bangunan ini mengambang di atas tanah. Di bawah landasan atap berbentuk balok es yang berdiri kokoh di atas dinding beton bernaunglah sebuah gedung teater bersudut 360 derajat yang didirikan pada 2007 yang sebelumnya hanya berupa garis lurus dari pecahan material beton yang membentuk poros utama bangunan.

Landasan baru ini memunculkan sebuah dialog di tengah keterbatasan pengetahuan manusia dan proses evolusi geologis yang terjadi pada gunung, gletser dan lembah selama kurun waktu ribuan tahun. Terdapat dua faktor baik kompleksitas bahan yang terkesan minimalis maupun kekayaan dalam pelaksanaannya, yang mana selain sedap dipandang mata juga memenuhi keinginan Sverre` Fehn yakni mendirikan sebuah bangunan dengan latar belakang pegunungan. (Susan James/The Epoch Times/mer)


Tanggapan

  1. […] https://museumku.wordpress.com/2010/12/30/museum-gletser-norwegia/ […]


Tinggalkan komentar

Kategori