Oleh: museumku | 10 Oktober 2010

Mengenang Ray Charles di Museum

Mediaindonesia.com, Selasa, 5 Oktober 2010 – LEGENDA musik soul kulit hitam asal Amerika, Ray Charles, memang telah lama meninggal. Namun, mengenang pria yang sukses memadukan gaya blues dengan gospel ini tidak hanya dengan mendengar karya-karya apiknya, sebab tahun depan semua penggemarnya di seluruh dunia bisa mengunjungi museumnya.

Bertepatan dengan 80 tahun hari kelahirannya, pada 23 September 2010, Ray Charles Memorial Library secara resmi telah dibuka di Los Angeles, AS. Museum ini awalnya hanya terbuka untuk kelompok sekolah, namun diharapkan tahun depan masyarakat umum sudah bisa mengaksesnya.

Museum ini dijalankan oleh lembaga non-profit yang didirikan Ray Charles pada 1986 yang berfokus pada anak miskin dan anak kurang mampu, terutama yang mempunyai kesulitan pendengaran. Ray, yang juga buta, menganggap kecacatan bukan hambatan besar.

Sebagai langkah awal, museum ini dimaksudkan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh penurunan seni dan program musik pada sekolah negeri di sana.

Dengan pameran yang ada diharapkan akan membuka penglihatan baru kepada anak-anak setelah mereka melihat bagaimana ikon soul ini melampaui batas-batas sosial ekonomi, musikal dan rasial selama karirnya lebih dari 50 tahun.

Museum ini sendiri terdiri dari tujuh galeri yang berada di lantai dasar dari sebuah bangunan dua tingkat yang dibangun Ray pada 1964. Berlokasi di lingkungan bersejarah Harvard Heights, museum ini tidak hanya menjadi kantor dan arsip master kaset serta memorabilia, namun juga menjadi studio rekaman.

Selain berisi pameran pendidikan yang interaktif, koleksi film, dan audio, museum juga mempunyai kenang-kenangan berupa kostum, rekaman emas, kaca mata hitam, dan papan catur.

Ray Charles memulai apa yang sekarang dikenal sebagai Ray Charles Foundation dengan dana US$50 juta. Melalui museum dan yayasan yang didirikannya, ia berharap dapat membantu anak-anak mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Bila Anda salah satu penggemarnya, bisa mulai merencanakan sebuah kunjungan, atau bila nanti kebetulan akan berlibur ke Amerika, jangan lupa mampir ke museum ini. Di sini Anda bisa bernostalgia dan menambah pengetahuan dari pendobrak batas musisi Afrika-Amerika yang masuk ke label rekaman mainstream. (Reuters/*/X-12)


Tinggalkan komentar

Kategori