Oleh: museumku | 9 Oktober 2010

Wajah Baru Museum di Bandung

Oleh Cornelius Helmy

KOMPAS Jawa Barat, Sabtu, 2 Okt 2010 – Selama ini, museum dikenal sebagai bangunan angker tempat menyimpan benda kuno. Penataan tempat dan pencahayaan temaram membuat museum terkesan semakin menyeramkan. Akibatnya, masyarakat kerap berpikir dua kali untuk pergi ke museum.

Namun, itu dulu. Setidaknya, tiga museum di Kota Bandung bertekad mengubah citra diri menjadi lebih baik. Mereka adalah Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Geologi, dan Museum Sri Baduga. Museum tersebut tidak sekadar menyimpan benda mati, tetapi juga menjadi tempat publik menimba ilmu dan mengembangkan kreativitas.

Sebagai salah satu museum dengan jumlah pengunjung terbanyak di Indonesia, Museum Geologi tidak ingin sekadar memajang koleksinya yang terdiri dari 60.000 fosil dan ribuan batuan mineral. Museum yang didirikan tahun 1928 ini membuka diri menjadi tempat diskusi ilmiah, pameran lingkungan, atau rumah bagi pelukis sketsa. Selain itu, akan dibangun juga wahana edukatif, seperti taman batu mini dengan konsep luar ruangan, dan penggalian fosil dinosaurus untuk anak-anak.

Kepala Museum Geologi Yunus Kusumabrata mengatakan, perubahan wajah mutlak dilakukan bila ingin menarik minat pengunjung. Bila hanya mengutamakan fungsi etalase pamer, masyarakat lekas bosan. “Kami juga membentuk Forum Peduli Museum guna menampung aspirasi masyarakat. Bila penyajian dibuat lebih menarik, masyarakat akan datang. Hingga Juli 2010, jumlah pengunjung mencapai 290.000 orang,” ujar Yunus.

Hal sama dilakukan Museum Sri Baduga. Museum yang menyimpan benda bersejarah, seperti arca, naskah kuno, dan peninggalan megalitik, ini membuka diri dengan menjadi tuan rumah pameran permainan tradisional anak, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia bersama penyandang cacat, hingga beragam diskusi buku. Bahkan, museum ini kerap menggelar kegiatan sepeda santai hingga kemah edukatif yang melibatkan masyarakat.

Kepala Museum Sri Baduga Prama Putra mengatakan, sarana interaktif adalah fokus Sri Baduga selanjutnya. Kegiatan itu diharapkan meningkatkan minat masyarakat terhadap fungsi museum. Masyarakat bisa bermain sambil belajar di museum ini. “Masyarakat akan antipati bila sekadar dipaksa datang melihat koleksi museum,” ujar Prama Putra.

Penyimpan koleksi benda terkait Konferensi Asia Afrika, Museum Konferensi Asia Afrika, juga mampu menarik warga berkegiatan di dalamnya. Tahun ini saja, beberapa kegiatan telah diselenggarakan di Museum Konferensi Asia Afrika, seperti Konferensi Arsitektur Artepolis 3, pemutaran film dari Asia dan Afrika, Semarak Bandung, dan Seminar Diplomat Muda Asia Afrika.

Kepala Museum Konferensi Asia Afrika Isman Pasha berharap museum diberdayakan sebagai pembina edukasi, bukan hanya sebagai tempat kunjungan. Banyak pengalaman masa lalu di museum yang berguna sebagai bekal menjalani kehidupan. Syaratnya, museum harus terbuka dengan minat masyarakat dan perkembangan zaman.

“Kegiatan dengan melibatkan masyarakat, yang kami lakukan, terbukti meningkatkan jumlah partisipasi masyarakat. Hingga April 2010, jumlah wisatawan Nusantara mencapai 5.486 orang dari total kunjungan 41.554 orang,” ujarnya.


Tinggalkan komentar

Kategori