Oleh: museumku | 18 Oktober 2013

Museum Asmat – TMII

Didirikan atas gagasan Ibu Tien Soeharto, dibangun untuk melestarikan dan mengkomunikasikan hasil karya anak bangsa yang mengagumkan agar bisa di nikmati masyarakat dunia. Ketertarikan Ibu Tien Soeharto sangat pantas ditanggapi karena jauh sebelum ini karya seni Asmat telah mampu membius bangsa-bangsa asing untuk singgah ke Asmat menyaksikan keunikan seni ukirnya.

Luas bangunan 6.500 meter persegi, terletak di sudut Tenggara Taman Bunga Keong Emas berbatasan dengan Dunia Air Tawar. Apabila berada di halaman museum, hamparan rumput dan danau menjadi pemandangan yang indah bagi pengunjung museum untuk sekadar menikmati suasana maupun mengabadikannya dengan berfoto.

Bangunannya berbentuk kerucut model bangunan tradisional Irian/Papua “Kariwari”, yakni bangunan pemujaan orang Tobati Enggros di Teluk Jeotefa. Denah bangunan bersegi delapan, diberi model berkolong dan atas bangunan dari bahan GRC (Glass Reserfocis Cement) dicat berkesan daun rumbia, dan di beberapa elemen bangunan diukirkan ragam hias khas Asmat dengan warna merah, putih, dan hitam. Perancang bangunannya Ir. Franky Devule. Pembangunan museum dilakukan dalam waktu 51 hari, dari 20 Februari 1986 hingga diresmikan pada 20 April 1986 oleh Presiden Soeharto.

Benda-benda peragaan yang ditampilkan berupa benda-benda kebudayaan yang mengandung nilai keperkasaan yang dapat mengungkap pandangan hidup orang Asmat. Dalam menjalankan kehidupannya, orang Asmat selalu mengaitkan dengan nenek moyangnya. Ikatan batin dengan nenek moyang diwujudkan dalam ukiran simbol-simbol di berbagai benda sehari-harinya. Untuk memudahkan pengunjung memahami tentang kehidupan suku Asmat secara keseluruhan, tata pameran dibuat dalam tema-tema.

Bangunan pertama bertema Manusia dan Lingkungannya, memamerkan bermacam-macam pakaian adat dan aksesoris, diorama mata pencarian hidup (menokok sagu), wurawan perahu arwah (kendaraan roh nenek moyang), mbis pole (patung nenek moyang), dan bermacam-macam ornamen simbol yang menceritakan kehidupan.

Bangunan kedua, bertema Manusia dan Kebudayaannya, benda yang disajikan berupa peralatan proses pembuatan sagu, peralatan berburu, senjata, benda-benda budaya dan upacara, Tifa (alat musik kendang), Fu (alat musik dari bambu), dan kapak.

Bangunan ketiga, bertema Manusia dan Hasil Kreativitasnya, memamerkan seni kontemporer hasil pengembangan pola-pola rancangan seni tradisional. Di sini bisa disaksikan hasil seni karya orang Asmat yang telah modern dan mengacu pada permintaan pasar tetapi masih berpijak pada pola pola rancangan tradisional.


Waktu Kunjung:

Senin – Minggu: pukul 08.30-16.00 WIB


Tiket:

Rp5.000,00 (termasuk pintu masuk Taman Bunga Keong Mas)


Info:

Telepon: 021-8409307 & 021-87792987
Faksimili: 021-8400709
Surel: museumasmat.tmii@gmail.com


Galeri Foto:

Asmat-01

100_3984

(Terima kasih untuk Kelompok Pencinta Museum Indonesia)


Tinggalkan komentar

Kategori