Oleh: museumku | 12 Februari 2015

Lindungi Arca dari Banjir

Gangga-musnas-1Museum Nasional kebanjiran, baru pertama kali terjadi (Koleksi Museum Nasional)

Sejumlah arca di halaman Museum Nasional Indonesia di Jakarta kebanjiran pada Senin (9/2) lalu, tetapi dapat segera dibersihkan sehingga tidak rusak. Untuk menghindari ancaman serupa, pemerintah menyiapkan Laboratorium Konservasi di dekat Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta Timur.

”Arca-arca yang di ruang terbuka (di Museum Nasional) itu kan banyak yang besar dan berat. Kalau yang kecil, ya kadang dimasukkan. Arca yang kena banjir itu cuma sebagian kecil, tidak sampai terendam semua. Tapi, jadi heboh ya. Kami sudah langsung bersihkan dan air yang menggenang kami sedot,” kata Kepala Museum Nasional Indonesia Intan Mardiana, di Jakarta, Rabu (11/2).

Pemerintah Siapkan Laboratorium Konservasi

Menurut Intan Mardiana, belasan arca batu yang diletakkan di halaman Museum Nasional Indonesia memang saban hari terkena panas dan hujan. Namun, koleksi tersebut selalu dicek dan dipelihara. Jika €Žgudang penyimpanan sudah dibangun, sebagian arca dan artefak lain di Museum Nasional akan dipindahkan sehingga penataan koleksi bisa lebih fleksibel.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan mengatakan, laboratorium konservasi sudah lama digagas, tetapi perlu disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. ”Tahun (2015) ini direncanakan, dan mudah-mudahan tahun depan (2016) sudah bisa dibangun, termasuk gudang artefak,” kata Kacung Marijan.

Menurut Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harry Widianto, konservasi artefak harus dengan prosedur dan standar khusus sehingga tidak bisa sembarangan. Konservasi harus dilakukan satu per satu dengan detail. Peristiwa di Museum Nasional menjadi heboh karena baru pertama kali terjadi arca terendam air banjir kotor. ”Candi-candi dan arca batu yang ada di candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta itu kan juga ada di ruang terbuka. Tiap hari kehujanan,” ujarnya.


Prosedur khusus

Harry Widianto menjelaskan, pemeliharaan dan perlindungan arca batu harus sampai ke pori-porinya. Bagian luar artefak batu jangan sampai berlumut. Jika hanya kotor karena lumut, pembersihan hanya dengan air. Namun, jika kotoran sudah masuk ke pori-pori, perawatan harus dengan bahan kimia. ”Tenaga ahli konservasi sudah tahu SOP (prosedur operasional standar)-nya,” katanya.

Pada musim hujan banyak artefak dan cagar budaya di ruang terbuka yang terkena curah hujan, bahkan tidak mustahil terendam banjir. Candi dan unur di situs Percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat, misalnya, banyak yang €Žterendam banjir. Beberapa candi sudah dilengkapi drainase sehingga air hujan bisa dialirkan dan tidak menggenang. Namun, sebagian besar belum ada. Bahkan, ada candi yang total terendam meski sudah dilindungi dengan kanopi.


Tak pakai bahan kimia

Kepala Balai Konservasi Candi Borobudur Marsis Sutopo mengatakan, memasuki musim hujan, benda-benda purbakala, khususnya bangunan candi, membutuhkan perawatan ekstra untuk menghambat pertumbuhan lumut, ganggang, dan jamur yang begitu cepat. Pembersihannya cukup secara manual dengan sapu lidi atau sikat.

”Bahan kimia tidak dipakai lagi karena justru efeknya bisa berbahaya bagi batuan candi,” katanya. Karena pertumbuhan lumut, ganggang, dan jamur pada musim hujan sangat cepat, pembersihan harus semakin rutin, yaitu minimal seminggu sekali.

Hal serupa disampaikan Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta Tri Hartono. Apabila pembersihan masih sulit dilakukan, petugas konservasi batuan candi bisa menggunakan jarum untuk membersihkan jamur dalam pori-pori batu.

Menurut pemerhati cagar budaya dan permuseuman Djulianto Susantio, artefak besar di alam terbuka sebaiknya dilindungi dengan cungkup atau kanopi. ”Sehari-hari saja sudah terkena angin, panas, hujan, kotoran burung sehingga lebih mengkhawatirkan,” ujarnya.

Selama ini konservasi artefak dan cagar budaya di Indonesia dinilai belum maksimal. Banyak artefak penting yang diletakkan di halaman museum. (IVV/ABK)

(Sumber: Kompas, Kamis, 12 Februari 2015)

Museum Masional KebanjiranPetugas konservasi membersihkan arca setelah banjir yang merendam taman arca di Museum Nasional, Jakarta Pusat, surut, Selasa (10/2). Air merendam arca koleksi museum tersebut akibat saluran air terganggu. (KOMPAS/PRIYOMBODO)…Sumber: Kompas, Rabu, 11 Februari 2015.


Tinggalkan komentar

Kategori