Oleh: museumku | 3 September 2010

Perlu Ada Atraksi Tambahan bagi Pengunjung Museum KA Ambarawa

Kompas Jawa Tengah, Senin, 30 Agustus 2010 – Atmosfer “klasik” di Museum Kereta Api Ambarawa di Kabupaten Semarang belum digarap maksimal. Padahal, suasana “klasik” yang ditunjang dengan prasarana, cerita, serta atraksi yang berhubungan dengan sejarah museum tersebut bakal menambah daya tarik museum sehingga menarik lebih banyak wisatawan.

Demikian pendapat sejumlah pengunjung dan pemerhati cagar budaya yang disampaikan terpisah, Sabtu (28/8), di Kabupaten Semarang. Gersom (14), pengunjung asal Surabaya, Jawa Timur, mengaku suasana klasik sudah terasa karena museum itu merupakan stasiun masa kolonial Belanda.

“Ya, seperti masa lalu gitu. Saya memang suka lihat yang seperti ini. Tapi kalau petugas di museum ini pakaiannya kuno seperti masa lalu, bisa lebih menarik lagi kelihatannya,” kata Gersom yang datang bersama ibu dan adiknya.

Astri (25), pengunjung asal Yogyakarta, mengatakan, suasana “kuno” di museum ini bakal lebih hidup jika pengelola mengemasnya. Misalnya, ada persewaan pakaian masa kolonial bagi pengunjung yang ingin mengabadikan gambar. Atau ada semacam kafe bersuasana kolonial dengan menu khas.

“Ya bisa macam-macam, ditambah cerita-cerita uniknya juga. Intinya bagaimana membuat kami yang datang seperti ‘terlempar’ ke tahun-tahun lalu, misalnya tahun 1930-an atau 1940-an. Kalau bisa begitu keren sekali,” ujarnya.


Lebih detail

Museum Kereta Api Ambarawa yang dibangun pada Mei 1873 itu dikenal pula dengan sebutan Stasiun Willem I. Aktivitas di stasiun tersebut berlangsung hingga 1970-an. Aktivitas di stasiun itu terhenti seiring dengan penghentian operasional kereta api di jalur Ambarawa-Kedungjati-Semarang.

“Saya melihat keterangan di museum ini juga kurang, terutama untuk anak-anak. Seharusnya bisa memberi penjelasan lebih detail dan menarik,” ujar Ketua Harian Lembaga Pelestarian Cagar Budaya Nasional “Ratu Shima” Sutikno.


Kostum pegawai

Dia berharap pengelola museum bisa membuat peta lintasan kereta api masa lalu serta bagaimana kondisinya saat ini. Menurut dia, kostum pegawai museum mulai dari masinis lokomotif uap hingga kepala stasiun memang sudah sepantasnya menggunakan model kuno. Dia juga mengusulkan ada atraksi tambahan bagi pengunjung, misalnya berfoto menggunakan pakaian kuno sewaan.

Kepala Stasiun Ambarawa Eko S Mulyanto mengatakan, usulan agar kostum pegawai museum dibuat kuno merupakan usulan yang bagus. Namun, pihaknya belum mendapat instruksi dari kantor pusatnya untuk membuat inovasi seperti itu. “Kalau untuk membuat (kostum) sendiri, saya mau saja, tetapi khawatirnya baru dibuat sudah ada mutasi,” ujarnya. (GAL)


Tinggalkan komentar

Kategori