Oleh: museumku | 2 April 2011

Empat Museum di Sumut Menarik Dikunjungi

mediaindonesia.com, Selasa, 29 Maret 2011 – Di Sumatra Utara terdapat 23 museum, tetapi yang layak dikunjungi hanya empat. Yakni, Museum Negeri dan Museum Rahmat Galeri di Medan, Museum Nias di Kota Gunung Sitoli, serta Museum Batak di Toba Samosir.

Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah (Amida) Sumatera Utara (Sumut) Ichwan Azhari, mengatakan hal itu usai mendampingi Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Aurora Tambunan ketika bertemu Penjabat Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho, di Medan, Senin (28/3).

Ichwan menyebutkan empat museum yang masih layak dikunjungi itu adalah Museum Negeri dan Museum Rahmat Galeri di Medan, Museum Nias di Kota Gunung Sitoli, serta Museum Batak di Toba Samosir.

Keempat museum tersebut dikelola dengan baik, dan masih memiliki sejumlah benda yang bersejarah, dan menarik untuk dilihat.

Sedangkan 19 museum lain di Sumut tidak layak lagi dikunjungi karena tidak dikelola dengan profesional, serta kurangnya anggaran yang tersedia. “Faktor utamanya profesionalisme dan kekurangan anggaran,” katanya.

Menurut Ichwan, kurang maksimalnya pengelolaan sejumlah museum di Sumut sangat disayangkan, karena menyebabkan tempat-tempat yang menampilkan perjalanan sejarah bangsa itu, tidak menarik lagi dikunjungi.

Ia mencontohkan Museum Perjuangan 45 di Jalan Pemuda Medan dan Museum Simalungun yang berusia cukup lama dan telah berdiri sejak masa penjajahan Belanda. “Informasinya Museum Simalungun mau dipindahkan karena akan dibuat ruko,” katanya.

Ichwan Azhari yang juga kepala Pusat Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Sejarah (Pussis) Universitas Negeri Medan (Unimed) itu mengharapkan Pemprov Sumut lebih memiliki kepedulian terhadap kelestarian bukti sejarah tersebut.

Malah, pihaknya juga mengharapkan Pemprov Sumut dapat melestarikan sejumlah situs yang ada di daerah itu. “Sangat menarik, karena kita memiliki delapan situs dunia,” katanya.

Dalam pertemuan dengan jajaran Pemprov Sumut pada 16 Juni 2010, Ichwan Azhari menyebutkan, delapan situs dunia yang hampir punah itu adalah sejumlah bangunan tua bersejarah yang menyerupai bangunan kebanyakan di Eropa, kilang minyak di Pangkalan Brandan yang menjadi ikon dalam produksi perminyakan dunia, dan situs Kota Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kemudian, Benteng Putri Hijau di kawasan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Candi Portibi di Kabupaten Padang Lawas Utara, Kota China dan Kota Rantang di kawasan Medan Marelan yang pernah menjadi pusat perdagangan di pulau Sumatra pada abad XII, jejak perang dunia yang dikenal dengan pertempuran Medan Area, serta Bukit Kerang di Langkat yang sempat menjadi kota perdagangan internasional pada masa pra sejarah. (Ant/OL-12)


Tinggalkan komentar

Kategori