Oleh: museumku | 9 Februari 2011

Koleksi Wayang Kuno di Museum Radya Pustaka Palsu

mediaindonesia.com, Sabtu, 5 Februari 2011 – Dalang Ki Jlitheng Suparman, mengatakan sejumlah koleksi Museum Radyo Pustaka di ruang pamer bagian depan, meragukan keaslian wayang kuno tersebut.

”Terlihat bahwa koleksi wayang purwa, wayang gedog, dan wayang klithik yang jumlahnya ratusan sudah berubah menjadi barang palsu,” ujarnya, Sabtu (5/2).

Mestinya lanjut dia, koleksi wayang kuno mulai dari epos Ramayana, Mahabarata, hingga wayang gedhog itu merupakan hadiah dari sang kolektor, yang tidak lain Pakoe Boewono X. Namun dari pengamatannya, semua sudah dipalsukan.

“Saya katakan palsu sebab tidak sesuai dengan apa yang semestinya dipajang. Dan saya justru susah menemukan mana yang asli? Ini

jelas sangat memalukan ketika sebuah kebohongan publik dipajang dengan label koleksi museum Radya Pustaka,” tandas dalang kritis alumni Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta ini.

Ia prihatin dan menganggap permasalahan pemalsuan koleksi wayang kuno itu tidak bisa dianggap sederhana. Karena bukan sekadar tindak pencurian atau pemalsuan biasa, tapi sudah tergolong pelenyapan peradaban kebudayaan bangsa.

Koordinator Komite Museum Radya Pustaka, Sandjata mengaku sudah lama mengetahui pemalsuan.

“Saya tahu itu bukan koleksi asli, karena saya ini keturunan dalang, dan sekaligus juga bisa membuat wayang. Saya pun paham apa saja yang seharusnya menjadi koleksi museum ini,” tandas mantan Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pariwisata Pemkot Solo yang membidangi museum dan benda kepurbakalaan ini. (OL-12)


Tanggapan

  1. Tergerak dan terusik oleh skandal yang terjadi di Museum Radya Pustaka, Solo, saya telah mencoba ikut memberikan sumbang saran. Berupa artikel yang dimuat di Harian Solopos, Kamis, 24 Februari 2011, hal. 4.

    Tautannya adalah : http://esaiei.blogspot.com/2011/02/hukum-linus-dan-museum-kita.html.

    Semoga bermanfaat.

    • Terima kasih Mas Bambang, saya co-pas juga untuk blog ini.


Tinggalkan komentar

Kategori