Oleh: museumku | 21 Maret 2010

Perlu Kiat agar Masyarakat Tertarik Museum dan Galeri

OLEH: STEVANI ELISABETH

Jakarta – Museum dan galeri lukisan selama ini kurang diminati oleh masyarakat, khususnya para generasi muda. Boleh dibilang sangat sedikit orang yang berkunjung ke museum maupun galeri lukisan.

Hal itu menggugah pemerintah khususnya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk membuat program yang dapat menarik minat masyarakat berkunjung ke museum termasuk ke galeri lukisan.

Pada tahun ini, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata meluncurkan program Visit Museum Year 2010. Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar menilai, masyarakat khususnya generasi muda saat ini kurang peduli terhadap keberadaan museum. Padahal, museum merupakan tempat benda-benda peninggalan sejarah yang dapat dipelajari bahkan menjadi objek pariwisata. Namun, karena jarang dikunjungi, museum terkesan hanya sebatas pajangan monumental.

“Museum tidak sebatas pajangan monumental, tetapi juga tempat kita belajar sekaligus memahami bahwa peran museum sangat penting dalam mendorong berkembangnya sebuah peradaban umat manusia,” ujarnya kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (26/1). Oleh sebab itu, untuk meningkatkan jumlah orang yang berkunjung ke museum, pengelola harus melakukan revitalisasi isi museum.

Menurutnya, Visit Meseum Year 2010 dimaksudkan untuk memotivasi dan mengajak seluruh masyarakat agar cinta museum dan menganggap keberadaan museum sebagai lambang peradaban sebuah bangsa. “Orang asing banyak yang berkunjung ke museum karena mereka ingin melihat dan mengetahui peradaban suatu bangsa. Ini penting, bukan hanya museum, tetapi juga galeri lukisan,” lanjut Sapta. Dia menambahkan, di Indonesia banyak terdapat museum. Di Jakarta saja ada Museum Tekstil, Museum Gajah, Museum Fatahilah, dan sebagainya.

Sapta mengatakan, ada banyak hal yang dapat dilakukan agar orang tertarik berkunjung ke museum, seperti menggelar atraksi budaya seperti pertunjukan wayang, seni tari, lomba lukis atau menjual cendera mata berupa copy dari barang-barang yang ada di museum tersebut. Dia memberikan contoh di Columbia, barang-barang yang ada di museum di sana dikopi menjadi cendera mata atau kartu pos. Bahkan di Prancis, cermin milik Antoinette dikopi kemudian dibuat cendera mata. “Banyak turis yang beli dan berkunjung ke meuseum hanya untuk melihat cermin milik Antoinette yang asli,” lanjutnya.

Dukungan Pemda

Sapta menambahkan, dengan dicanangkan program Visit Museum Year 2010, pemerintah daerah juga harus memberikan perhatian yang penuh terhadap pengembangan museum-museum yang ada di daerahnya. Menurutnya, ada beberapa pemerintah daerah yang sudah mulai peduli untuk melakukan pembenahan museum yang ada di daerahnya guna menarik kunjungan para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Museum Ranggawarsita di Semarang Jawa Tengah misalnya telah melakukan beberapa aktrasi budaya di areal museum, seperti pagelaran wayang, tari dan sebagainya.

Tak hanya itu, sebagai bentuk apresiasi museum terhadap pengunjung, Museum Ranggawarsita juga telah memamerkan seluruh koleksi mereka yang selama ini jarang dipamerkan, seperti fosil gajah yang ditemukan di Pati beberapa waktu lalu, koleksi perhiasan, serta berbagai arca hasil pahatan pihak Museum Ranggawarsita.

Selain di Museum Ranggawarsita, pihak museum Jateng juga mengajak masya­rakat untuk semakin mencintai warisan budaya dengan diadakannya penanaman pohon kembang kanthil di wilayah Gedong Songo. Pasalnya, kembang kanthil merupakan identitas masyarakat Jawa Tengah.

(Sinar Harapan, Kamis, 28 Januari 2010)


Tinggalkan komentar

Kategori