Oleh: museumku | 13 Juni 2015

Mendesak, Pengelolaan Profesional

Awards-2015Pemberian penghargaan kepada salah satu museum terbaik

Apresiasi terhadap museum dan pekerjaan di bidang sejarah saat ini masih sangat rendah. Agar bisa dinikmati publik, semua museum di Indonesia membutuhkan pengelolaan profesional sehingga bisa memanfaatkan semua potensi secara maksimal.

Demikian diungkapkan Ketua Komunitas Jelajah dan penggagas Museum Awards, C Musiana Yudhawasthi, dalam acara Malam Anugerah Purwakalagrha, Museum Awards IV 2015 di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (7/6). “Sebagian besar dari museum kita belum dikelola profesional sehingga potensi belum dapat dimanfaatkan maksimal. Masyarakat lebih tertarik berkunjung ke mal dibandingkan dengan ke museum,” katanya.

Gambaran umum kondisi permuseuman tersebut berdasarkan hasil pengamatan Komunitas Jelajah sejak tiga tahun terakhir di ratusan museum di Pulau Jawa. Di tengah kondisi ini, Museum Awards memiliki nilai strategis.

Pada Museum Awards 2015, dewan juri, yang terdiri dari Nunus Supardi, Ahmad Fuadi, Agus Aris Munandar, Sylviana Murni, dan Olivia Sandra, melakukan survei terhadap 25 museum yang terseleksi dari 249 museum di enam provinsi.

Dewan juri memilih beberapa museum peraih Anugerah Purwakalagrha, yaitu Museum Dirgantara Mandala untuk kategori Museum Pintar, Museum Dewantara Kirti Griya (kategori Museum Cantik), Museum Tekstil Jakarta (untuk kategori Museum Bersahabat), dan Museum Konperensi Asia Afrika (kategori Museum Menyenangkan).


Harian “Kompas”

Museum Awards 2015 juga memberikan penghargaan bagi institusi di luar permuseuman yang peduli terhadap museum. Terpilih kolektor seni rupa Oei Hong Djien untuk pengusaha peduli museum, Universitas Katolik Atmajaya (perguruan tinggi peduli museum), dan Kompas (media peduli museum).

Penghargaan pengabdian sepanjang hayat diberikan kepada Prof Edi Sedyawati, mantan Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Penghargaan disampaikan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Bersatu II Wiendu Nuryanti. “Kita harus terus-menerus mengupayakan agar museum bisa tetap hidup,” kata Edi. (ABK)

(Sumber: Kompas, Senin, 8 Juni 2015)


Tinggalkan komentar

Kategori