Oleh: museumku | 8 Februari 2012

Konsep Penyajian Museum (Bagian 6 – Selesai)

Tim Penulis:

• Yunus Arbi
• Kresno Yulianto
• R. Tjahjopurnomo
• M Ridwan Abdulroni Kosim
• Osrifoel Oesman
• Sukasno


Bab VI Konsep Tata Ruang Pameran Tetap

Membuat sebuah Konsep Penataan Ruang Pameran Tetap di dalam museum memang bukan suatu pekerjaan mudah. Menata ruang pameran tetap berarti melakukan penataan interior ruang dalam lengkap dengan koleksi museum beserta keseluruhan alat kelengkapan pendukungnya.

Secara konsep ruang, penataan ruang pamer tetap tidak lepas dari penataan interior di dalam museum terutama penataan ruang publik beserta ruang fasilitas penunjangnya, sedangkan penataan interior museum tidak pula dapat dipisahkan dengan penataan eksterior-ruang luar museum. Keduanya penataan interior dan eksterior tentunya erat kaitannya dengan bangunan museum itu sendiri dalam konteks ini penataan kembali sebagian bangunan museum (dalam lingkup pekerjaan rehabilitasi fisik bangunan museum).

Seperti diketahui program revitalisasi fisik untuk ketiga puluh museum yang akan dilaksanakan tahun ini, berdasarkan persyaratan dan kriteria yang telah ditentukan, pekerjaan yang memperoleh skala prioritas adalah;

1) penataan interior-ruang dalam museum;
2) penataan eksterior-ruang luar museum; dan
3) rehabilitasi fisik bangunan museum.

Substansi uraian dalam bab ini diawali dengan konsep dan pengertian ruang; konsep penataan kembali bangunan museum sesuai konteks kebutuhan ruangnya; penataan eksterior; konsep penataan interior-ruang publik; konsep penataan ruang pameran tetap beserta uraian dan detil konsep; dan konsep dokumen desain yang diperlukan bagi pekerjaan perancangan penataan ruang pameran tetap.


6.1. Konsep Revitalisasi Museum


Penataan bangunan museum.
Konsep tata ruang bangunan museum sudah selayaknya ditata kembali sesuai dengan paradigma museum yang baru dan rencana program revitalisasi museum ke depan.

Penataan yang perlu dilakukan pada bangunan museum adalah atau yang terutama:

1) tampak-tampilan muka atau pada fasade bangunan; dan
2) ruang masuk bangunan (entrance building).

Konsep penataan dengan minimal dua variabel ini mempunyai maksud agar:
a) bangunan mampu memberi citra sebagai museum;
b) bangunan diharapkan menjadi lebih ‘terbuka’ dan ramah terhadap lingkungan sekitar; dan
c) bangunan mempunyai orientasi ‘keluar’ dan ‘mengundang’ publik.

Penataan menjadi lebih perlu lagi apabila bangunan museum sekarang adalah bangunan lama yang memang tidak diperuntukkan bagi museum.

Selain itu penataan-rehabilitasi fisik bangunan perlu juga dilakukan dengan prioritas pada ruang-ruang publik, ruang pameran dan penyimpanan, seperti bagian atap, penataan kembali sistem mekanikal, elektrikal, utilitas, keselamatan, dan keamanan.

Penataan eksterior-tata ruang luar museum.
Konsep penataan eksterior harus terakomodasi dengan jelas dalam gambar rencana tapak (siteplan). Penataan diutamakan pada halaman muka museum yang berorientasi kepentingan publik, dan taman yang berhubungan dengan ruang-ruang publik yang berada di dalam bangunan. Semua ruang publik pada eksterior museum harus diberi penanda (signage) dengan standar yang berlaku, harus jelas terbaca, dan mudah terlihat.

Penataan eksterior-ruang luar harus menekankan kenyamanan dan keamanan publik, seperti; a) pintu masuk-keluar bangunan; b) taman atau ruang sign-board museum; c) taman parkir kendaraan; d) tersedianya ruang pedestrian bagi pejalan kaki dengan petunjuk masuk-keluar bangunan yang jelas.

Penataan interior-ruang publik.
Program revitalisasi fisik ketiga puluh museum memang memberi prioritas utama kepada penataan kembali interior museum, khususnya Penataan Interior Ruang Pameran Tetap yang merupakan zona satu dari 4 zona di dalam museum, yaitu zona koleksi-publik.

Ruang-ruang publik yang menjadi sasaran berikut dalam penataan interior museum masuk dalam zona non koleksi-publik yaitu ruang lobi museum, ruang informasi, ruang tiket, toilet, ruang multi media, dan ruang fasilitas penunjang yang diperlukan. Konsep penataan interior pada ruang publik boleh berbeda dan lebih lunak persyaratannya dibandingkan dengan ruang pameran dan penyimpanan, meskipun tetap memperhatikan unsur ‘safety’ pengunjung atau publik.

Setelah target penataan interior ruang pameran tetap tercapai dan interior ruang publik, target selanjutnya adalah ruang penyimpanan (storage), diikuti ruang pengenalan (introduction area), ruang laboratorium, dan bengkel kerja preparasi.


6.2. Konsep Ruang Pameran

Konsep Ruang Museum.
Ruang di dalam bangunan mempunyai beberapa variabel, dalam konteks ruang di dalam museum yang harus diperhatikan adalah: 1) fungsi dan bentuk ruang; 2) skala dan besaran ruang; dan 3) modul ruang.

Fungsi dan bentuk ruang. Ruang pameran sebagai bagian dari sebuah museum sesungguhnya mengacu pada fungsi dan bentuk bangunan museum itu sendiri. Dalam hal ini ada 4 fungsi dan bentuk bangunan museum, yaitu; a) bangunan yang memang dari awal dirancang sebagai museum; b) bangunan biasa atau umum yang dijadikan sebagai museum; c) bangunan yang mempunyai latar belakang sejarah dengan menjadikan bangunan itu sebagai museum yang mempunyai hubungan peristiwa atau dengan tokoh tertentu; dan d) bangunan cagar budaya sebagai museum.

Skala dan besaran ruang. Skala dan besaran ruang pameran mengacu pada konsep penyajian koleksi dan pameran yang mempunyai 2 variabel tetap yaitu benda koleksi pamer dan pengunjung.

Skala dan besaran benda koleksi pamer umumnya mempunyai 3 variabel bebas dan relatif yaitu mikro (kecil), meso (manusia), dan makro ( skala bangunan museum).

Skala dan besaran benda koleksi pamer menentukan jarak pandang dan ruang gerak pengunjung yang akhirnya akan menentukan tata letak benda koleksi pamer dan sirkulasi pengunjung.

Modul ruang. Variabel modul ruang pameran tetap sebaiknya melakukan penyesuaian dengan modul keletakan kolom bangunan, ketinggian ruang, dan unsur-unsur dinding ruangan seperti letak pintu dan jendela. Pertimbangan lain adalah:

Kosep Ruang Pameran Tetap
Konsep dasar. Sebaiknya ruang pameran tetap mengambil konsep dasar ruang positf dan negatif 3 dimensi. Ruang positif dibentuk untuk penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi dengan maksud menjadi orientasi pandang mata pengunjung. Ruang negatif yang terbentuk di luar ruang-ruang mikro penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi.

Konsep ruang pameran tetap harus mengacu pada tema, alur cerita, dan alur penyajian benda koleksi pamer.

Kondisi besaran dan modul ruang eksisting dapat menjadi pertimbangan penting untuk membuat konsep ruang pameran tetap, dengan bentuk ruang mengikuti fungsi ruang pameran tetap.

Konsep Tata Ruang Dalam-Interior Pameran Tetap
Konsep rancangan. Untuk menyusun konsep rancangan atau desain interior ruang pameran tetap, ada ‘kemutlakan’ konsep yang harus dilakukan sebelumnya yaitu: 1) adanya tema pameran tetap; 2) adanya Alur cerita (story line); 3) adanya Konsep penyajian pameran, dalam bentuk model yang dipilih oleh masing-masing museum; 4) adanya Story board; dan 5) Matriks ruang pameran tetap yang memperlihatkan pembagian ruang-ruang bagi penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi.

Konsep dasar. Penataan interior ruang pameran tetap harus mengacu pada pertimbangan Konservasi, keselamatan dan pengamanan benda koleksi pamer, dan kenyamanan pengunjung.

Komponen ruang. Dalam penataaan ruang pameran tetap, yang harus menjadi konsep penting adalah harmonisasi antar komponen ruang yaitu lantai, dinding dan plafon ruang, dan variabel yang harus diperhatikan adalah pola, bahan, dan skema warna yang akan digunakan.

Lantai ruang pameran sebaiknya memakai lantai keras dengan bahan penutup lantai dengan pola sederhana, rata, dan sedikit garis, tidak berkilau (doff), dan tidak menimbulkan efek bayangan. Pada umumnya bisa diambil warna lantai yang tidak mencolok atau kontras dengan furniture-perabot peraga benda koleksi pamer.

Dinding ruang pameran sebaiknya juga mempunyai pola sama dengan lantai ruangan, dengan bahan dinding standar karena akan menjadi background bagi penempatan panil-panil informasi.

Plafon ruang pamer sebaiknya memakai pola sama dengan lantai dan dinding, dianjurkan menggunakan bahan tahan api, dan warna tidak bergaris agar memberi kesan tidak menjadi orientasi mata pengunjung. Plafon harus bersih dari pelbagai instalasi khususnya elektrikal. Ketinggian plafon dapat dirancang sesuai dengan skala dan besaran benda koleksi pamer dan panil informasi yang dikehendaki.

Konsep Rancangan Layout Pameran Tetap
Dalam sebuah dokumen perancangan bangunan, denah merupakan induk rencana sejumlah gambar dan sebenarnya menjadi landasan bagi perhitungan rencana anggaran biaya (RAB).

Denah ruangan harus mempunyai ukuran yang akurat dan detil, termasuk di dalamnya letak kolom, pintu, jendela, dan benda eksisting lainnya. Konteks dalam rencana revitalisasi ini, denah layout interior pameran harus berisi pembagian ruang-ruang berupa tata letak benda koleksi pamer yang mengikuti alur cerita dan model alur penyajian benda koleksi pamer, dilengkapi oleh furniture-perabot peraga untuk benda koleksi museum. Denah layout interior ruang pamer harus menunjukkan alur pengunjung dengan arah sirkulasi yang jelas. Gambar ini harus menjadi rencana kunci (key plan) bagi gambar-gambar: rencana plafon dan titik lampu; rencana lantai; rencana dinding untuk penempatan panil-panil informasi; detil penyelesaian interior ruangan; detil furniture; dan detil penempatan alat dan peralatan keamanan.

Tentang tata cahaya
Pastikan bahwa sistem pencahayaan tempat peragaan dan ruang pamer Anda dalam keadaan baik dan dalam kapasitas penuh, serta pastikan juga bahwa lampu tersedia untuk setiap pajangan dan objek yang berdiri bebas. Jika memungkinkan gunakan lampu-lampu yang hemat energi. Lampu yang mati harus diganti sesegera mungkin dan lampu sorot yang dipasang pada langit-langit atau dinding harus diperiksa secara berkala untuk memastikan bahwa cahayanya benar-benar terfokus pada objek-objek museum yang ditentukan.

Untuk menjaga variasi diperlukan tata cahaya yang normal, tidak terlalu frontal sehingga jatuhnya bayangan agak serong sedikit, sehingga bisa memberi kesan estetika yang lebih menarik.

Tata cahaya bisa memberi kesan lebih menarik, salah satunya dengan memberi lampu tembak setiap obyek selain lampu normal.


6.3. Konsep Rancangan Furniture-perabot peraga benda koleksi pamer

Pengertian furniture pada ruang pamer adalah furniture peraga atau perabot atau benda peraga atau sarana pamer untuk benda koleksi museum. Konsep dasar rancangan mengacu pada konsep perlindungan, konservasi, dan pengamanan benda koleksi pamer. Berdasarkan konsep diatas maka jenis furniture-perabot peraga antara lain adalah: vitrin lepas terbuka dan tertutup transparan; vitrin dinding terbuka dan tertutup transparan; box terbuka dan tertutup transparan; panil-panil lepas, panil-panil dinding; dan sarana pamer lainnya.

Konsep tata letak furniture-perabot peraga harus mengacu pada konsep alur penyajian pameran dan ukuran benda koleksi pamer. Bentuk dan ukuran furniture peraga ditentukan oleh skala, besaran, dan ruang gerak benda koleksi pamer dan ruang gerak perawatan. Bahan atau material furniture-perabot yang bakan digunakan ditentukan oleh ukuran dan persyaratan konservasi. Usulan modul yang disesuaikan dengan modul komponen lantai, dinding, dan plafon adalah modul 30 cm, dengan kelipatan 60, 90,120, 150, 180, 210, dan 240 cm.


6.4. Dokumen Rancangan


Dokumen gambar eksisting
Dalam merencanakan konsep penyajian pameran tetap, mutlak diperlukan adalah dokumen gambar yang lengkap dari bangunan museum yang akan direvitalisasi baik bangunan biasa, bersejarah maupun bangunan cagar budaya. Dokumen gambar bangunan yang menunjukkan keadaan kondisi sekarang dalam terminologi arsitektur disebut eksisting (existing). Gambar eksisting bangunan sangat diperlukan karena menjadi acuan bagi perencanaan dan perancangan revitalisasi fisik museum, khususnya untuk pekerjaan penataan interior dan furniture-perabot ruang pameran tetap. Dokumen eksisting sekurang-kurangnya adalah: a) gambar rencana tapak (siteplan); b) denah-denah bangunan dan ruangan yang akan didesain kembali (redesign); c) tampak-tampak terutama tampak muka; d) potongan-potongan terutama potongan yang memperlihatkan ukuran panjang, lebar, dan tinggi ruang, besaran dan luas ruang, letak dan besaran kolom, struktur lantai, dinding, dan plafon; e) gambar mekanikal; f) gambar elektrikal; g) gambar utilitas; h) dan gambar struktur.

Dokumen prarencana arsitektur bangunan museum.
Meskipun program revitalisasi fisik menekankan pada penataan interior ruang pameran, sebaiknya museum juga melakukan penataan ruang bangunan museum. Oleh sebab itu diperlukan gambar rancangan baru minimal yang harus dibuat adalah: 1) gambar rencana tapak (site plan); 2) denah lantai dasar dan denah lantai ruang pameran; 3) tampak muka bangunan; 4) potongan-potongan; dan gambar DED dan gambar 3D.

Dokumen rancangan interior dan furniture ruang pameran tetap
Dalam dokumen ini yang harus disajikan gambar-gambar sekurang-kurang
adalah sebagai berikut:
a) Denah ruang pameran utama dan ruang pendukung
b) Denah layout interior dan furniture
c) Konsep alur pengunjung dan sirkulasi ruang
d) Tampak dan potongan ruang pameran
e) Pola dan detil finishing lantai, dinding, dan plafon
f) Detil penempatan benda koleksi dan
g) Gambar dan teks panil-panil informasi
h) Detil tata letak furniture-perabot benda koleksi pamer
i) Detil-detil finishing pekerjaan interior
j) Detil-detil furniture-perabot peraga koleksi
k) Detil tata letak peralatan mekanikal dan elektrikal
l) Detil tata letak alat dan peralatan keselamatan, pengamanan,
kelembaban dan lain-lain yang diperlukan masing-masing museum.
m) Gambar-gambar 3 D khususnya untuk diorama.
n) Dan gambar lain-lain yang dianggap perlu untuk disajikan.
m) Gambar-gambar 3 D khususnya untuk diorama.
n) Dan gambar lain-lain yang dianggap perlu untuk disajikan.
masing museum.
m) Gambar-gambar 3 D khususnya untuk diorama.
n) Dan gambar lain-lain yang dianggap perlu untuk disajikan.


DAFTAR PUSTAKA

Ditjenbud Depdikbud, Pedoman Pelaksanaan Teknis Proyek-Proyek Pengembangan Permuseuman di Indonesia. Jakarta: P3M Jakarta, 1984

——————, Pembakuan Rencana Induk Permuseuman di Indonesia. Jakarta: P3M, 1986

——————, Sejarah Direktorat Permuseuman. Jakarta: P3M Jaskarta, 1987

Direktorat Museum, Pedoman Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum, 2008,

Sumadio, Bambang, Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta: Direktorat Permuseuman 1996/1997

Sutaarga, Moh. Amir, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: P3M Jakarta: 1989/1990

——————–, Studi Museologia, Jakarta: P3M Jakarta, 1996/1997

——————–, Capita selecta Museografi dan Museologi. Jakarta: Direktorat Permuseuman, 1999/2000

ASDEP LITBANG DEPUTI PENINGKATAN KAPASITAS DAN KERJASAMA LUAR NEGERI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Penelitian Pengembangan Museum dalam rangka Peningkatan Apresiasi Masyarakat. Jakarta: KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA, 2004 (tidak diterbitkan).

Balmer, John M.T., Corporate Identity and Corporate Communications: creating a competitive advantage London: MCB UP Ltd, 1999.

Dean, David. Museum Exhibition: Theory and Practice. London: Routledge, 1996.

Hooper-Greenhill, Eilean, ed. “Communication in Theory and Practice”. The Educational Role of the Museum. New York: Routledge, 2004. 28-43.

Lord Barry dan Barry Lord Gail Dexter. Manual Of Museum Exhibitions. AltaMira Press, 2002.

Shimp, A Terence. Periklanan Promosi : Komunikasi Pemasaran Terpadu : Jilid 1dan 2. Jakarta: Erlangga, 2003

Sumarto, Hetifah Sj. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

(Selesai)


Tanggapan

  1. Terima kasih Bapak-bapak masukan ilmunya. Ini sangat bermanfaat.

  2. Apa buku ini dijual belikan? saya sangat perlu dengan buku ini untuk keperluan penelitian museum

    • Coba hubungi Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Gedung E lantai 11, Kemdikbud, Jl Jendral Sudirman, Jakarta Pusat


Tinggalkan komentar

Kategori